Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC) adalah taman nasional dengan perairan terluas di Indonesia. Di kawasan ini berdiam kekayaan biota laut yang sangat mengagumkan. TNTC telah menjadi perwakilan ekosistem terumbu karang, pantai, mangrove dan hutan tropika di Papua.
Teluk Cendrawasih menjadi surga bagi banyak tumbuhan dan hewan baik di darat dan di bawah laut. Salah satu hal yang paling dinantikan di Teluk Cendrawasih adalah perjumpaan dan interaksi dengan raksasa bawah laut, yaitu hiu paus yang ramah. Bagaimana pun, perjumpaan dengan ikan hiu paus menjadi impian para penyelam. Penyingkapan hiu paus di Teluk Cendrawasih merupakan sebuah penemuan besar dalam dekade ini.
Taman Nasional Teluk Cendrawasih adalah sebuah teluk yang dikelilingi beberapa pulau, di antaranya adalah Pulau Biak, Pulau Yapen, dan daratan utama Pulau Papua. Terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Teluk Cendrawasih berada di tepi Samudera Pasifik dan merupakan daerah lempengan benua sehingga menjadikan sangat kaya flora dan fauna. Taman nasional ini mempunyai 14 jenis flora yang dilindungi dan sebagian besar didominasi jenis pohon kasuarina.
Bukan hanya Raja Ampat saja yang memiliki pemandangan dan biota laut yang menakjubkan, Teluk Cenderawasih juga memiliki pemandangan yang lebih beragam dengan daya pikat utamanya melihat langsung hiu paus. Kawasan ini meliputi 18 pulau dengan panjang garis pantai sekira 500 kilometer. Seluruh kawasan cagar lautnya menjadi habitat berbagai jenis burung dan satwa laut, seperti remis raksasa, kura-kura, hiu, penyu, lumba-lumba, dan dugong.
Taman Nasional Teluk Cendrawasih diresmikan tahun 1993 dengan luas sekira 1.453.500 hektar membentang dari timur Semenanjung Kwatisore hingga Pulau Rumberpon. Kawasan Teluk Cendrawasih meliputi luas lautan sekira 89,8% dengan terumbu karangnya sekira 5,5%, daratan pulau-pulaunya sekira 3,8%, serta daratan dan pesisir pantainya hanya sekira 0,9%. Tempat-tempat indah yang menjadi favorit para turis di kawasan Teluk Cendrawasih ini adalah Pulau Yoop, Pulau Nusrowi, Pulau Mioswaar, Pulau Numfor, dan Pulau Rumberpon.
Perairan Teluk Cenderawasih adalah kawasan konservasi laut terbesar di Indonesia sekaligus menjadi pusat penelitian hiu paus atau whale shark (Rhincodon typus) di dunia dengan kerja sama antara pemerintah, swasta, masyarakat, perguruan tinggi dan LSM dalam dan luar negeri. Pengamatan hiu paus di Kwatisore telah dijadikan lokasi penelitian.
Di kawasan ini hiu paus sering muncul ke permukaan dan terbiasa berinteraksi dengan nelayan. Umumnya mereka muncul di sekitar bagan (rumah terapung tempat menangkap ikan) yang banyak ditemukan di sepanjang perairan Kwatisore.
Kawasan ini juga menjadi tempat bagi empat jenis penyu yang dilindungi, yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang (Lepidochelys olivaceae), dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea).
Taman Nasional Teluk Cendrawasih telah menjadi surga bagi para penikmat wisata bahari dan bawah laut internasional. Selain itu, kawasan ini juga memiliki wisata jelajah gua yang ada di Pulau Mioswaar, sekaligus merupakan sumber air panas yang mengandung belerang. Di gua ini pun terdapat kerangka leluhur suku Wandau yang amat dijaga keberadaannya dan dipercaya sebagai manusia pertama yang datang ke pulau ini. Hal serupa juga terdapat di Pulau Numfor dimana terdapat tengkorak manusia serta piring antik dan peti berukir yang sangat tinggi nilai sejarah dan budaya.
Video:
[youtube=http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=enWZsYCdnFE&w=610&h=400]