Berkunjung ke Jawa Timur belum lengkap rasanya jika belum melihat langsung keindahan gunung Bromo. Gunung Bromo yang terletak di Taman Nasional Bromo Tengger, Semeru ini memiliki keindahan pasir laut seluas 5.250 hektar pada ketinggian 2.392 m dpi. Disini kamu dapat melihat secara langsung keindahan matahari terbit dan terbenam dengan mendaki atau pun dengan berkuda.

Proses vulkanologi ratusan tahun lalu menciptakan efek panorama indah dan eksotis di Gunung Bromo dan sekitarnya. Masyarakat Tengger mendiami daerah pemukiman di sekitar Gunung Bromo, seperti di Desa Ngadisari, Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

Gunung Bromo berasal dari kata Brahma (Dewa dalam agama Hindu). Bromo merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif di Indonesia dan terkenal sebagai icon wisata di Jawa Timur. Keindahannya yang luar biasa membuat wisatawan yang mengunjunginya berdecak kagum.

Di tempat ini, kamu akan banyak menjumpai para penunggang kuda yang menawarkan jasanya. Menunggang kuda adalah salah satu cara yang seru untuk menuju puncak gunung Bromo. Bagi masyarakat Tengger, kuda adalah sistem tata nilai adat yang sudah turun menurun sejak lama. Kuda adalah perangkat instrumental dalam sistem kebudayaan Tengger. Dulu kuda berfungsi sebagai alat angkut beban, memuat sayur-sayuran petani Tengger karena kondisi tegalnya berjarak puluhan kilometer dari lokasi rumah petani.

Namun, sekarang kuda sebagai alat angkut hasil pertanian telah tergantikan perannya dengan mobil hartop. Bahkan secara nilai ekonomis, kuda harus bersaing dengan kendaraan hartop untuk mengangkut wisatawan di Gunung Bromo.

Meskipun kuda di Tengger mempunyai makna ekonomis, namun masyarakat Tengger tidak terlalu mengeksploitasinya. Kuda bagi masyarakat Tengger adalah soal jodoh atau tidak. Sebagai bagian dari tata kebudayaan di Tengger, jual beli kuda sering kali dilakukan. Kekuatan fisik tidak terlalu menjadi patokan, yang penting adalah jodoh dengan pembelinya.

Paring W. Utomo, salah satu peneliti yang pernah melakukan penelitian tentang yang agama-agama dalam sejarah Masyarakat Tengger mengatakan bahwa, kuda perannya sebagai alat angkut pertanian bisa tergantikan dengan roda empat, tetapi bagi warga Masyarakat Tengger nilai universal kebudayaan sesungguhnya tidak pernah berubah.

 

Para Penunggang Kuda Gunung Bromo 01

Photograph by Schristia on Flickr

 

Para Penunggang Kuda Gunung Bromo 02

Photograph by Remon Rijper on Flickr

 

Para Penunggang Kuda Gunung Bromo 03

Photograph by batigolix on Flickr

 

Para Penunggang Kuda Gunung Bromo 04

Photograph by Hengki Koentjoro on Flickr

 

Para Penunggang Kuda Gunung Bromo 05

Photograph by Hengki Koentjoro on Flickr

 

Para Penunggang Kuda Gunung Bromo 06

Photograph by Hengki Koentjoro on Flickr

 

Para Penunggang Kuda Gunung Bromo 07

Photograph by witjatmoko on Flickr

 

Para Penunggang Kuda Gunung Bromo 08

Photograph by Ihsan Abdillah on Flickr

 

Para Penunggang Kuda Gunung Bromo 09

Photograph by Ihsan Abdillah on Flickr

 

Para Penunggang Kuda Gunung Bromo 10

Photograph by  Trias Prayogi on Flickr

 

Para Penunggang Kuda Gunung Bromo 11

Photograph by Songkran on Flickr

 

Video

[vimeo 48727194 w=610&h=400]

Via: Indonesia Travel, kosong.blogsome

Dukung Mobgenic

Jadilah bagian dari komunitas kreator dan dukung Mobgenic untuk bisa tetap berbagi artikel yang menarik dengan memberikan donasi.

*Donasi melalui aplikasi Saweria

Share.