Pada awalnya tato digunakan untuk kebutuhan kosmetik. Bukti ini ditemukan pada tato di bibir mumi yang berusia 7.000 tahun dari kebudayaan Chinchorro di Chile. Sedangkan bukti lainnya ditemukan pada mumi yang memiliki tato kumis di Peru. Hal ini diungkapkan oleh peneliti budaya tato Lars Krutak.
Bukti lain juga ditemukan pada mumi Otzi yang beusia 5.300 tahun “Iceman”, sebuah nama yang diberikan oleh para peneliti karena mumi ini ditemukan di pegunungan Alpen Otztal di perbatasan Italia-Austria pada bulan September 1991. Tubuh yang diawetkan ini memiliki 57 tato dengan garis yang terukir pada punggung bagian bawah dan pergelangan kaki serta gambar sebuah salib di belakang lutut kanan dan dua cincin di sekitar pergelangan tangan kiri.
Menariknya, sekitar 80 persen dari tato ini berada pada titik akupuntur tradisional China yang digunakan untuk mengobati penyakit reumatik. Tato lainnya juga ditemukan berada di dekat meridian akupuntur (jalur yang menghubungkan organ-organ internal dengan titik-titik tertentu, terletak pada kulit yang mungkin memiliki tujuan untuk menyembuhkan penyakit lain). Icemen ini ditemukan sedang mengalami penyakit infeksi cacing cambuk, bukti penelitian ini ditemukan pada tahun 2001.
Lars Krutak juga mempelajari seni tato tradisional yang disebut dengan skin-stitching, yang dipraktekkan oleh para wanita di St. Lawrence Yupiget, sebuah Pulau kecil di Alaska. Skin-stitching secara harafiah adalah sebuah jahitan geometris ke dalam kulit, Krutak menyebutnya dengan “Epidermal embroidery”. Melalui wawancaranya dengan wanita yang masih mempraktekkan seni tersebut, ia juga belajar bahwa Pulau St. Lawrence Yupiget secara historis menggunakan metode tato terapi yang mirip dengan Iceman. Hal ini adalah bentuk tusuk tato, atau akupuntur, akan tetapi meninggalkan jejak pigmen.
Tattoo wanita di Pulau St. Lawrence Yupiget
Tato adalah bagian dari warisan seni dan budaya dunia. Saat ini pun tato telah menjadi industri miliaran dolar yang terus berkembang, hal ini harus dihormati dan diakui sebagai bentuk akar seni. Untuk menjelaskan tentang hasil penelitiannya, para peneliti telah menerbitkan sebuah buku antropologi budaya, dengan foto-foto yang menampilkan kemampuan artistik individu dalam membuat bentuk tato yang rumit dengan tinta alami dan peralatan tradisional seperti duri dan tongkat bambu runcing.
Krutak sendiri mempelajari seni tato tradisional hingga ke berbagai daerah seperti, seni tato Sak Yant di Thailand yang banyak dipraktekan oleh biksu Budhist, tato Dayak Borneo di Kalimantan, tato suku Kalinga di Filipina dan suku Iban di kepulauan Mentawai Indonesia. Dalam setiap kunjungannya, Krutak sendiripun mempraktekkannya bentuk tato tradisional pada tubuhnya.
Contoh tato orang-orang Kalinga, Filipina
Contoh tato orang-orang Kayan, Borneo, Kalimantan
Pengalaman ini mampu membantunya memahami arti pada ritual tato tersebut. Pada film Hunter Tattoo, yang ditayangkan oleh Discovery Channel di tahun 2009 dan 2010, Krutak mengambil bagian dalam sebuah ritual “crocodile cutting” oleh suku Kaningara yang mendiami sebuah daerah pinggiran sungai Sepik, Papua New Guinea. Sebuah ritual yang diperuntukkan anak laki-laki Kaningara. Upacara ini melibatkan seorang tetua yang menyayat kulit di bagian dada dan punggung para peserta ritual. Efek yang dihasilkan dari prosesi ini adalah kulit akan menjadi seperti sisik buaya. Suku Kaningara percaya bahwa dengan melakukan ritual ini mereka akan memperoleh kekuatan dan pengetahuan, sebuah filsofi dari buaya.
Crocodile Cutting Kaningara, Papua New Guinea
Sementara itu, Colin Dale, seorang tattoo artist yang berasal dari Denmark, telah menguasai bentuk-bentuk tato tradisional. Ia yang banyak membantu Krutak untuk menyembuhkan bekas luka-luka tubuhnya. Dale pernah melakukan sebuah percobaan kecil pada kliennya, David Schutze, yang terganggu oleh penyakit asma, rematik pada beberapa sendinya, sakit kepala dan kebiasaan mendengkur keras, kasus yang mirip pada mumi Iceman. Kemudian Dale memberikan tato yang selaras dengan tiitik akupuntur tertentu. Setelah itu, Schutze melaporkan bahwa rasa sakit dan gejala yang sering ia alami telah berkurang drastis dan beberapa bagian tubuhnya sudah tidak mengalami rasa sakit. Tato akupuntur mampu memberikan efek yang berkelanjutan, bukan hanya dalam waktu yang singkat akan tetapi benar-benar bekerja dalam jangka panjang.
Selain di Pulau St. Lawrence Yupiget, Krutak juga telah mengunjungi dua kelompok lain yang mempraktekkan tato untuk medis. Di Kalimantan, ia bertemu dengan beberapa orang Kayan dan wanita yang memiliki titik-titik tato di pergelangan tangan kaki dan lutut mereka. Ketika ia bertanya tentang tato, orang Kayan menjelaskan bahwa setiap kali mereka terkilir, mereka akan membuat beberapa titik tato di daerah yang bengkak dan biasanya sakit akan pulih dalam waktu seminggu.
Titik-titik tato orang-orang Kayan
Berdasarkan pengalaman dan penemuan-penemuan para ahli, praktek tato sudah lama dilakukan oleh orang-orang jaman dahulu, tidak hanya sekedar kosmetik, namun juga terdapat alasan medis dan filosofi dari praktek tato yang mereka lakukan.
Via: Smithsonian & Lars Krutak